Selasa, 25 Oktober 2011

IHSG dan Skenario "Operation Twist"

Indeks Harga Saham Gabungan kembali terperosok cukup tajam, nyaris 3 persen, Selasa (18/10/2011). Indeks kembali ke level 3.600 setelah mencatat kenaikan dari level 3.200-3.700.

Tekanan datang dari pesimisme penyelesaian krisis utang dari Eropa dan pelambatan perekonomian China. Sejumlah analisis jangka pendek ataupun panjang bermunculan terkait naik-turun atau volatilitas IHSG.

Menarik mencermati lebih jauh volatilitas indeks itu sekaligus mencari penyebabnya, dan menduga sampai kapan kondisi itu akan terjadi.

Managing Partner Aspirasi Indonesia Research Institute Yanuar Rizky menyatakan, naik-turunnya IHSG tidak terlepas dari komposisi jumlah investor asing di pasar modal kita, sekaligus memperlihatkan komposisi asal-usul dana yang diputar di sana.

Jumlah investor asing mendominasi kepemilikan saham senilai Rp 1.313,01 triliun atau 63,42 persen (posisi akhir Juli 2011) dari seluruh saham. Awal dari masuknya arus dana di pasar finansial global, termasuk di Indonesia, adalah sejak awal 2002, yakni saat The Federal Reserve (The Fed) menurunkan bunga acuan (Fed Rate) secara agresif dari kisaran 5,5 persen ke kisaran 1,25 persen.

Di Indonesia, BI Rate pun ikut turun di masa-masa itu. Sumber dana di SBI (periode 2002-2005) secara sempurna pindah kuali ke saham (IHSG), yang juga dipicu masuknya asing akibat turunnya Fed Rate.

"Kepentingan atas arus dana di pasar keuangan global, termasuk yang masuk ke Indonesia, penting dilihat tidak hanya dari sisi keuntungannya saja, tapi juga risikonya (simetrik)," kata Yanuar.

Perang persepsi

Perang persepsi menjadi silih berganti, dan kepentingannya bagi negara maju adalah bertahan (cash flow, trading asset atasi naiknya liabilitas) dibandingkan ekspansi (balance sheet, investment ). Kondisi ini menjadi cara memicu sekaligus memancing volatilitas IHSG.

Yanuar menyatakan, persepsi negara maju seperti AS mati langkah pascakrisis keuangan tahun 2008 adalah persepsi yang salah, karena keuntungan dari menggetarkan asset yang dimilikinya di pasar keuangan dunia tetap tampak di devisanya.

Di sisi lain, perlu diingat sektor swasta (investment bankers) yang menjadi pemain utama di pasar keuangan global juga tidak dalam posisi independen terhadap kebijakan moneter The Fed, sejak aset-aset yang dimilikinya masuk dalam bail out The Fed.

"Ini sejalan dengan program quantitative easing money (QEM) The Fed. Jelas, kepentingannya bukan memindahkan aset ke negara lain, tapi mencari keuntungan fluktuatif (cash flow) di negara lain," kata dia.

Jika dilihat dari polanya sepanjang tahun, pola fluktuasi biaya moneter dan pemanfaatan asetnya tampak jelas berfluktuasi. Artinya, dana yang dikucurkan ke pasar keuangan dunia dari hari ke hari ditarik-ulur, yang berarti menjadi impor dana mengatasi cash flow dan inflasi dari negara ketiga. Inilah saat kebijakan moneter tidak bisa dilihat lagi hanya dari sisi rate.

Di tahun 2011, tren penarikan jarak fluktuasi lebih dalam untuk kebutuhan penyerapan cash flow surat utang AS tampak dilakukan sejak Agustus 2011. Inilah juga yang menjadi sumber pelemahan kurs rupiah saat Operation Twist The Fed diluncurkan, bulan lalu.

Yanuar menyatakan, kerentanan transaksi uang panas portopolio dapat dijinakkan melalui pendisiplinan moneter oleh BI dan transaksi semu asing di saham oleh Bapepam-LK. Jika tidak, faktor ketahanan energi dan pangan yang importir akan semakin sulit di tengah doomsday skenario uang panas itu, khususnya dari sisi kursnya.

Para pemangku kepentingan (self regulated organization/SRO) di bursa saham kita bertekad memperbaiki dan menyempurnakan sistem, yakni mengembangkan skema perlindungan investor dan nasabah serta meningkatkan basis investor domestik dan dana jangka panjang; terdiri dari meningkatkan penggunaan investor area, membentuk dana perlindungan pemodal, dan meningkatkan pemantauan portofolio efek dan dana nasabah dari perusahaan efek.

Di basis investor, Bursa Efek Indonesia (BEI) optimistis jumlah investor pasar modal menjadi 2,3 juta investor pada akhir tahun depan. Pada saat ini, jumlah investor yang tercatat di PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) sebanyak 1,1 juta investor.

Investor itu terdiri dari investor saham, obligasi, dan reksa dana. Kerja lebih keras dibutuhkan. Hingga September 2011 terdapat subrekening efek di KSEI 348.373 investor dengan single investor identity (SID) 269.111 serta pengguna kartu Akses yang dikeluarkan 101.244.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar